KESEDERHANAAN MBAH BROTO, PEDAGANG KECIL YANG ALAMI KATARAK

“Semenjak corona dagangan saya jadi sepi, mas. Dulu sehari biasanya sudah habis terjual, sekarang ada yang mau beli saja sudah alhamdulilah, mas,” tutur Mbah Broto saat kami temui.
Sahabat, kenalin nama beliau Mbah Broto. Penjual buah salak di tepi jalan sekitar wilayah Kalipancur. Di usianya yang sudah menginjak 74 tahun ditambah penyakit kataraknya, beliau masih sanggup menawarkan buah dagangannya dengan mendorong gerobak. Kondisi pandemi seperti saat ini sudah barang tentu sangat berdampak bagi beliau, biasanya sehari-dua hari dagangan beliau habis, kini ada yang mau membeli buahnya saja beliau sudah sangat bersyukur.
“Mau bagaimana mana lagi mas, saya syukuri saja. Saya jualan dari pagi sampai tengah malam, bahkan sampai setengah 12 malam kalau belum habis,” ungkapnya dengan antusias.
Mbah Broto tinggal bersama anaknya di daerah Gunungpati, istrinya sudah lama meninggal karena penyakit diabetes. Biasanya beliau hanya pulang sepekan sekali, ketika barang dagangannya sudah habis. Jika belum habis, beliau menginap di teras depan balai pertemuan RW Kalipancur dengan beralaskan kardus.
Buah salak dagangannya dihargai 14 ribu per ikat, menurut Mbah Broto beliau sudah berjualan sejak zaman pemerintahan presiden Soeharto, sudah lama sekali sahabat. Dulu saat masih muda, beliau berjualan dengan cara memanggul barang dagangannya, biasanya beliau berjualan bisa sampai Tanjung Emas.
Beliau nampak senang dan terharu saat kami beri bingkisan sembako dan memborong buah dagangannya. Beliau juga sangat berterima kasih sembari mendoakan kami. Tetap sehat, bersyukur dalam menjalani aktivitas ya Mbah.
Sahabat, untuk kamu yang terbiasa melintas di kawasan Kalipancur dan melihat Mbah Broto berjualan, jangan lupa beli ya dagangannya.